Sabtu, 16 April 2011

juara 1 futsal Subang Sportif 2011



Selengkapnya...

Minggu, 20 Maret 2011

KEJANG DEMAM ATAU FEBRIS KONVULSIF

DEFINISI
Adalah bangkitan kejang yang terjadi kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 380 C yang di sebab proses ekstrakranium). Sering terjadi pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membrane yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida. Akibatnya konsentrasi kalium dalam sel neuron sangat tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena terdapat perbedaan potensial membrane yang disebut potensial membrane dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membrane ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui mambran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membrane sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulannya perlu memperhatiakan pada tingkat suhu berapa pasien menderita kejang. Kejang yang singkat tidak berbahaya dan tidak meninggalkan sisa tetapi kejang yang lama (lebih dari 15 menit) biasanya terjadi apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh meabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkab makin meningkanya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah factor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Factor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.
PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik. Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari factor :
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam
3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
GAMBARAN KLINIK
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya ; tonsillitis dan OMA.
Livingstnoe membuat criteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion )
2. Epilepsy yang diprovokasi oleh demam (epiepsi trigged off fever)
Di subbagian anak FKUI-RSCM Jakarta, criteria livingstone tersebut setelah dimodifikasi diapakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh criteria tersebut digolongkan pada epilepsy yang diprovokasi oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan factor pencetus saja.
PENATALAKSAAAN MEDIS
Medik
Dalam penggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
1. Membrantas kejang secepat mungkin
Berikan diazepam secara IV. Setelah suntikan pertama secara IV ditunggu 15menit, bila masih kejang ulangi disuntikan kedua dengan dosis sama IV setelah 15 menit suntikan kedua masih kejang, diberikan suntikan ketiga tetapi secara IM, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehyde 4% IV.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum membrantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang :
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lambung
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen; bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi
d. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Vital sign diawasi secara ketat. Cairan IV sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk kelainan metabolic dan elektrolit. Bila terdapat tekanan intracranial meningkat jangan berikan cairan dengan kadar natrium tinggi. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan seka air hangat. Obat untuk hibernasi adalah klorpromazin 2 – 4 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis; prometazon 4 – 6 mg/KgBB/hari dalam 3 dosis secara injeksi.
Untuk mencegah edema otak diberikan kortikosteroid dengan dosis 20 – 30 mg/KGBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya deksametason 0.5 – 1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
3. Memberikan pengobatan rumatan
Setelah kejang dapat diatasi, harus disusul pengobatan rumatan. Daya kerja diazepam sangat singkat, berkisar antara 45 – 60 menit sesudah disuntikkan; oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptic dengan daya kerja lebih lama, misalnya fenobarbital atau defenilhidantoin. Fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti dengan diazepam.
Lanjutan pengobatan rumat tergantung dari pada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu :
a. Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari, pasien yang menderita kejang demam sederhana diberikan obat campuran antikonvulsan dan antipiretika, yang harus diberikan kepada anak bila menderita demam lagi.
b. Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang berguna untuk menjamin terdapatnya dosis terapuetik yang stabil dan cukup didalam darah pasien untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari. Ini dapat diberikan pada keadaan :
1). Epilepsy yang diprovokasi oleh kejang
2). Yang di sepakati pada consensus bersama (1980) ialah pada semua kejang demam yang mempunyai ciri :
a) Terdapatnya gangguan perkembangan saraf seperti cerebral palsi retardasi perkembangan dan mikrosefali.
b) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap.
c) Bila terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetic pada orang tua atau saudara kandung.
d) Pada kasus tertentu yang dianggap perlu yaitu bila kadang – kadang terdapat kejang berulang atau kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 12 bulan.
Obat yang dipergunakan untuk profilaksis jangka panjang ialah :
a) Fenobarbital
b) Sodium valproat / asam valproat
c) Fenitoin (Dilantin)
4. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsy yang diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksirespiratorius bagian atas dan otitis media akut.
KEPERAWATAN
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam adalah:
1. Risiko Terjadi Lerusakan Sel Otak Akibat Kejang
Setiap kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar dan mengakibatkan peredaran O¬2 juga terganggu. Kekurangan O¬2 ¬ (anoksia) pada otak akan mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai retardasi mental bila kerusakannya berat.
2. Suhu Yang Meningkat Diatas Normal
Masing-masing pasien mempunyai ambang kejang yang berbeda, tidak selalu dalam keadaan hiperpireksia tetapi yang jelas bahwa pada kejang demam selalu didahului kenaikan suhu sebelum bangkitan kejang terjadi. Pada anak dengan ambang kejang rendah, bila suhu naik menjadi 38 oC atau lebih sedikit saja sudah timbul kejang.
3. Risiko Terjadi Bahaya/Komplikasi
Seperti pasien lain yang kejang, akibatnya dapat terjadi perlukaan misalnya lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi, akibat terkena benda tajam atau keras yang ada disekitar anak, serta dapat juga terjatuh. Oleh karena itu, setiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang mendampinginya.
4. Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman
5. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua Mengenai Penyakit
Jika pasien telah didiagnosis kejang demam, orangtuanya perlu dijelaskan mengapa anak dapat kejang terutama yang berhubungan denga kenaikan suhu tubuh. Yang perlu dijelaskan ialah:
a. Harus selalu tersedia obat penurun panas
b. Agar anak segera diberikan obat antipiretik bila orang tua mengetahui anak mulai demam
c. Jika terjadi kejang, anak harus di baringkan di tempat yang rata, kepalanya dimiringkan. Buka bajunya dan pasangkan gagang sendok yang telah dibungkus kain / sapu tangan yang bersih dalam mulutnya (sudip lidah)
d. Apabila terjadi kejang berulang atau kejang terlalu lama segera bawa pasien tersebut ke RS.
Referensi
Ngastiyah, Editor Setiawan S.Kp, Buku Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997
Selengkapnya...

makalah keperawatan jiwa dengan isolasi sosial

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latarbelakang
Manusia adalah mahluk sosial. Untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan antara sementara identitas pribadi tetap di pertahankan. Jika sebaliknya maka patut dicurigai adanya gangguan kepribadian dan biasanya terjadi pada masa remaja dan dewasa.

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, yang memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul oleh berbagai penyebab. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan hal yang berbeda sama halnya dengan masalah kejiwaan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu gangguan kepribadian atau isolasi sosial atau menarik didri. Dalam gangguan ini hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam melakukan proses keperawatan dan penyembuhan dengan klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena dengan hubungan saling percaya dapat membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya.
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

Oleh karena itu,masalah dengan gangguan jiwa seperti ini yang paling dibutuhkan adalah saling percaya dan ada beberapa latar belakang bagaimana bisa terjadinya gangguan jiwa seperti ini yang akan dibahas dalam makalah ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL atau MENARIK DIRI

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan pada mahasiwa apa itu gangguan isolasi sosial atau menarik diri.
2. Tujuan Khusus
- Menjelaskan pengertian isolasi sosial
- Menjelaskan faktor predisposisi terjadinya gangguan isolasi sosial
- Menjelaskan tanda dan gejala ganguan isolasi sosial
- Asuhan keperawatan pada pasien gangguan isolasi sosial















BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN
 Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998).
 Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)
 Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam.
 Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang tidak efektif
 Krusakan Interaksi Sosial memiliki karakteristik,yaitu :
Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidaknyamanan dalam situasi-situasi sosial. Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat, atau membagi cerita. Tampak menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil. Disfungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau orang lain. Penggunaan proyeksi yang berlebihan tidak menerima tanggung jawab atas perilakunya sendiri. Manipulasi verbal. Ketidakmampuan menunda kepuasan (Mary C. Townsend, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, 1998; hal 226).

B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
1. Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan.
2. Faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan.

C. TANDA DAN GEJALA
Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
Data Objektif :
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
• Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
• Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
• Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
• Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
• Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
• Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
• Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
• Posisi janin pada saat tidur.
KARAKTERISTIK PERILAKU
• Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
• Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
• Kemunduran secara fisik.
• Tidur berlebihan.
• Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
• Banyak tidur siang.
• Kurang bergairah.
• Tidak memperdulikan lingkungan.
• Kegiatan menurun.
• Immobilisasai.
• Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
• Keinginan seksual menurun.

D. MASALAH UTAMA KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL
1. Interaksi sosial, kerusakan
2. Perubahan sensori-perseptual
3. Kekerasan, resiko tinggi
4. Harga diri rendah kronis
5. Intoleransi aktivitas
6. Sindrom defisit perawatan diri
7. Koping keluarga,inefektif
8. Ketegangan peran pemberi perawatan




ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


A. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor, suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tangggal
MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen
3. Faktor predisposisi
kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2. Konsep diri

a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat. Seperti :
a. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah (spritual)
b. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.

4. Kebutuhan persiapan pulang.
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC membersikan dan merapikan pakaian.
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
5. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri)
6. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
1. Resiko tinggi melakukan kekerasan yang berhubungan dengan halusinasi pendangaran
2. perubahan sensori perseptual : menarik diri yang berhubungan dengan menarik diri
3. kerusakan interaksi sosial : halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan menarik diri.
4. Sindrom defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intolerin aktivitas
5. Ketegangan peran pemberi perawatan yang berhubungan dengan ketidakmampuan
6. keluarga merawat pasien di rumah
7. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
8. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut :
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Resiko perubahan sensori persepsi
4. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain
5. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
6. Intoleransi aktifitas.
7. Kekerasan resiko tinggi.

C. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa : Resiko tinggi melakukan kerusakan yang berhubungan dengan koping defensif
Data Subjektif :
 klien mengatakan tiidak puas bila tidak memecahkan barang. Kalau sedng kesal, ingin membanting pintu dan sering memukul dirinya.
 Klien sudah tiga kali dirawat dengan alasan yang sama,yaitu amuk.

Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan kekerasan

Tujuan khusus :
 klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
 Tindakan keperawatan :
- Bina hubungan saling percaya :
- sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal : ucapan salam, perkenalkan diri, jelaskan tujuan pertemuan, terima klien apa adanya, ciptakan suasana tenang dan santai, hargai privasi klien, pertahankan kontak mata dengan
Data Subjektif :
- klien mengatakan tiidak puas bila tidak memecahkan barang. Kalau sedng kesal, ingin membanting pintu dan sering memukul dirinya.
- Klien sudah tiga kali dirawat dengan alasan yang sama,yaitu amuk..

Tujuan umum :
Tidak terjadi perubahan sensori persepsi.

Tujuan khusus : klien dapat
1. Membina hubungan saling percaya.
2. Menyebutkan penyebab menarik diri.
3. Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4. Melakukan hubungan sosial secara bertahap, klien – perawat, klien – kelompok, klien – keluarga.
1. Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
1. Memberdayakan sistem pendukung.
2. Menggunakan obat dengan tepat dan benar.

Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan terapeutik :
 Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal.
 Perkenalkan diri dengan sopan,
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Selalu kontak mata selama interaksi
 Tujukan sikap empati dan penuh perhatian pada klien
 Terima kien apa adanya
 Perhattikan kebutuhan dasarnya klien
2. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri dari lingkungan sosial
 Kaji penngetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda- tandanya
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tudak mau bergaul atau menarik diri
 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda- tanda serta penyebabyang mungkin.
 Beri pujian terhadap kemampuan klien untuk mengungkapkan perasaan.
3. Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara bertahap :
 Diskkusikan tentang keunntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku menarik diri.
 Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalu tahap berikut :
- Klien- perawat
- Klien- perawat- perawat lain
- Klien- perawat- perawat lain- klien lain
- Klien- kelompok kecil
- Klien- keluarga/ kelompok/ masyarakat
 Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien
 Bantu klien mengevaluasi manfaat dari berhubungan
 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien dalam mengisi waktunya
 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan di ruangan
 Beri pujian atas keikutsertaan klien dalam kegiatan di ruangan.
4. Klien dengan dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain .
 Bina hubungan saling percayadengan keluarga
o Perkenalkan diri
o Sampaikan tujuan membuat kontrak
 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang
o Prilaku menarik diri
o Penyebab prilaku menarik diri
o Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri idak ditangani
 Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk
 berkomunikasi dengan orang lain
 Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin bergantian mengujungi klien
 minimal 1x seminggu.
 Beri reinforcement positif atas hal- hal yang telah dicapai oleh kelurga.















BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ). Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan, berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan. Dengan tanda dan gejalanya seperti Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan, komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat, tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk, berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya, menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
Jadi membina hubungan saling percaya klien dengankeluarga, perawat dengan klien dapat mempercepat menyelesaikan masalahnya dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan orang lain dan beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya yang nmenyebabkan klien menarik diri.


B. SARAN
• Binalah hubungan saling percaya diantara orang tua dengan mahasiswa/i, kelompok/ masyarak dengan mahasiswa/i
• Mahasiswa/i harus mengetahui tanda- tanda dari menarik diri dan jika ada suatu masalah sebaiknya dibicarakan dan mencari jalan penyelesaiannya.
• Saling mendukung terhadap apa yang akan dilakukan selagi positif
Selengkapnya...

Sabtu, 19 Maret 2011

juara 4 DPRD CUP Subang

Selengkapnya...

juara 2 futsal STIESA CUP



Dalam kesehariannya mahasiswa-mahasiswi akper subang selalu berdampingan dengan yang namanya orang yang tidak sehat dalam artian orang sakit, hampir semua orang menyebutkan bahwa yang kuliah di akper adalah orang yang kecewe-cewe an dalam bahasa gaulnya disebut bencong,hehehe

Tapi sebenarnya sangkaan orang-orang itu tidak bener karena terbukti dalam segi olah raga bahwa akper subang telah menoreh prestasi yang cukup baik contohnya di bidang futsal akper subang sudah di kenal bahwa akper subang adalah termasuk tim tangguh walaupun awalnya akper subang di lecehkan
Oo iya mengingat pertandingan awal yang di lecehkan, pada saat itu pas pertama x akper subang main futsal ada yang bilang cewe semua lah, bencong lah dll, otomatiskan di hati mah tersa sakit banget tapi kami tetap tegar, dan temen saya ada yang nyeletuk “anggap weh eta mah suntikan lah”
Klo bahasa indonesianya “anggap saja itu jarum suntik”......
Tapi setelah bola mulai bergulir Semua orang baru bengong semua melihat permainan akper subang yang tidak kalah dengan permainan tim tangguh lainnya, waktu itu kami menang melawan yogya dengan skor 9-1 hingga akhirnya kami masuk final dan melawan ADIRA Finance, mungkin karena kami terlalu ber angan-angan mendapatkan juara 1 maka tisoledat lah sampean teh pas bade ngarawel juara teh,
Akhirnya kami hanya mendapatkan juara 2, walaupun begitu angkatan 13 expiner telah menoreh sejarah untuk akper subang dan saya bangga jadi mahasiswa akper subang.
Udah dulu ach cape ngetikna...
Matur nuhun ach tos mampir.
See u later,,,,,,,
Selengkapnya...

askep anak campak

A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
o Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi.
o Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala prodormal panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak merah makulopapurer yang menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam dan mengelupas.
2. ETIOLOGI
Penyebabnya sejenis virus yang tergolong dalam family Paramixovirus, yaitu genus virus morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.
Cara penularannya adalah dengan droplet dan kontak langsung
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Masa tunas 10 – 20 hari tanpa gejala.
b. Stadium kabaral / prodormal.
Berlangsung 4 – 5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, bercak koplik coryza.
c. Stadium erupsi.
Berlangsung 2 – 3 hari setelah stadium prodormal. Timbul enantema pada palatum mole, pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula, splenomegali, adanya ras makulo papous pada seluruh tubuh dan panas tinggi serta biasanya terjadi black measles.
d. Stadium konvalesensi (penyembuhan).
Erupsi berkurang meninggalkan hiperpigmentasi yang akan menghilang sendiri serta suhu menurun sampai menjadi normal.
4. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berklembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.
b. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel yang khas.
c. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.
6. PENATALAKSANAAN TERAPI
Morbili merupakan suatu penyakit self – limiting, sehingga pengobatannya hanya bersifat symtomatik, yaitu:
o Memperbaiki keadaan umum.
o Antipiretika bila suhu tinggi.
o Seldativum.
o Obat batuk.
Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu:
o Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari.
o Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
o Anak yang sakit.
o Orang tua.
b. Riwayat kesehatan
o Keluhan utama.
o RPS (demam tinggi, anoreksia, malaise, dll).
o Riwayat kesehatan lalu.
o Riwayat kesehatan keluarga.
o Riwayat kehamilan (anak yang sakit). ANG…..x, imunisasi……x, ada kelainan / tidak.
o Riwayat imunisasi (bayi dan anak).
o Riwayat nutrisi.
o Riwayat tumbuh kembang.
c. Pola aktivitas sehari-hari
o Nutrisi / minum : 1) Dirumah
2) Dirumah sakit
o Tidur / istirahat : 1) Dirumah
2) Dirumah sakit
o Kebersihan : 1) Dirumah
2) Dirumah sakit
o Eliminasi : 1) Dirumah
2) Dirumah sakit
d. Pemeriksaan fisik
o K/U lemah
o TTV (suhu di atas 38oC)
o Pemeriksaan mulai dari kepala – musculoskeletal termasuk neurology.
e. Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan darah
o Pemeriksaan sel giant
o Pemeriksaan serologis
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
b. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.
d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.
e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
3. INTERVENSI / IMPLEMENTASI
a. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Kriteria – standart:
- Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang tepat.
- Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi Keperawatan:
o Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).
Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan
o Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.
o Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
Rasional : untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan asupan makanan.
o Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai membaik.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.
b. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.
Criteria – standart:
- Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh mencapai normal.
- Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi.
Intervensi keperawatan:
o Memberikan kompres dingin / hangat.
Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhsu tubuh pada pasien.
o Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretikum.
Rasional : antipiretikum bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.
o Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.
Kriteria – standart:
- Pasien menunjukkan kenyamanan, tidak merasa gatal lagi.
- Badan kelihatan segar dan tidak merasa pusing.
Intervensi keperawatan:
o Bedaki tubuh anak dengan bedak salisil 1% atau lainnya atas resep dokter.
Rasional : bedak salisil 1% dapat mengurangi rasa gatal pada tubuh anak.
o Menghindari anak tidak tidur di bawah lampu karena silau dan membuat tidak nyaman.
Rasional : lampu yang terlalu terang membuat anak silau dan menambah rasa tidak nyaman.
o Selama demam masih tinggi tidak boleh dimandikan dan sering-sering dibedaki.
Rasional : tubuh yang dibedaki akan membuat rasa nyaman pasa pasien.
o Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat dimandikan dengan PK atau air hangat atau dapat juga dengan bethadine.
Rasional : air hangat / PK dapat mengurangi gatal dan menambah rasa nyaman.
d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.
Criteria – standart:
- Pasien menunjukkan peningkatan kondisi tubuh.
- Daya tahan tubuh optimal tidak menunjukkan tanda-tanda mudah terserang panyakit.
Intervensi keperawatan:
o Mengubah sikap baring anak beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan kepalanya.
Rasional : meninggikan posisi kepala dapat memberikan sirkulasi udara dalam paru.
o Mendudukkan anak / dipangku pada waktu minum.
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi.
o Menghindarkan membaringkan pasien di depan jendela atau membawanya keluar selama masih demam.
Rasional : menghindarkan anak terkena angin dan menambah suhu tubuh.
e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
Kriteria – standart:
- Orang tua menunjukkan mengerti tetang proses penyakit.
- Orang tua mengerti bagaimana pencegahan dan meningkatkan gizi agar tidak mudah timbul komplikasi yang berat.
Intervensi keperawatan:
o Memberikan penyuluhan tentang pemberian gizi yang baik bagi anak, terutama balita agar tidak mudah mendapat infeksi.
Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua.
o Menjelaskan pada orang tua tentang morbili tentang hubungan pencegahan dengan vaksinasi campak dan peningkatan gizi agar tidak mudah timbul komplikasi yang berat.
Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang pencegahan penyakit anaknya.
4. EVALUASI
a. Suhu tubuh normal / turun (36,7oC – 37,6oC).
b. Cairan dan nutrisi dalam tubuh seimbang.
c. Tubuh tidak merasa gatal.
d. Orang tua / keluarga mengerti mengenai penyakit morbili dan pencegahannya.
C. LITERATUR
Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu KEsehatan Anak FKUI. Jakarta
Selengkapnya...

Askep dengan post partum

MASA NIFAS
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti ke keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2006).
Tujuan Khusus
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, deteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusul pemberian nutrisi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana
Periode Nifas
a. Immediate PuerperiumKeadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam sesudah persalinan (0-24 jam sesudah melahirkan)
b. Early Puerperium
Keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium. Waktu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama).
c. Late Puerperium
1 minggu sesudah melahirkan sampai 6 minggu

Perubahan Pada Ibu Setelah Melahirkan
a. Involusi Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi Tinggi Fundus Berat
Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
1 hari 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : (Sarwono P, 2001)
b. Pengeluaran Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
2) Lochia rubra (Cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan
3) Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning, cairan berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
4) Lochia Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
5) Lochia Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu.
6) Lochia Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. (Mochtar R, 1998).
Laktasi/Pengeluaran Air Susu Ibu
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu ada dalam keadaan sedih, tertekan, kurang percaya diri dan berbagai bentik ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan memungkinkan tidak terjadi produksi ASI.
Ada 2 refleks yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :
a. Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, maka ibu menerima rangsangan nero hormonial pada putting dan aerola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus interior, lobus anterior akan mengeluarkan hormone prolaktin dan masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar, pembuat ASI terangsang untuk memproduksi ASI.
b. Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan memancar ASI keluar, isapan bayi akan merangsang putting susu dan aerola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus dari grandula pituitary posterior dikeluarkan hormone oksitosin kedalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas kea rah ampulla.
Tanda – Tanda Bahaya Pada Ibu Post Partum
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa post partum oleh karena itu sangatlah penting untuk membimbing para ibu dan keluarganya mengenai tanda-tanda bahaya yang menandakan bahwa ia perlu segera mencari bantuan medis, ibu juga perlu mengetahui kemana ia mencari bantuan tersebut.
Beritahulah ibu jika mengetahui adanya masalah-masalah berikut, maka ia perlu segera menemui bidan.
a. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut dua kali dalam setegah jam.
b. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung
d. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan.
e. Pembengkakan di wajah atau di tangan
f. Demam, muntah, rasa sakit pada waktu buang air kecil atau jika merasa tidak enak badan.
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit.
h. Kehilangan napsu makan dalam waktu yang lama.
i. Rasa sakit, merah, lunak dan atau pembengkakan di kaki
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri. Merasa sangat letih atau nafas terengah – engah.
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas-Program dan Kebijakan Teknis.
Paling sedikit 4 kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah masalah yang terjadi.




Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Uraian
1 6-8 jam setelah persalinan  Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain pada perdarahan, rujuk bila perdarahan
 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
 Pemberian ASI awal
 Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
2 6 hari setelah persalinan  Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah persalinan Sama seperti kunjungan ke 2 (6 hari setelah persalinan)
4 6 minggu setelah persalinan  Menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
 Memberikan konseling untuk KB secara dini
Sumber : (Saifudin A B, 2001)
Tindakan Yang Baik Selama Asuhan Masa Nifas Normal pada ibu
a. Kebersihan Diri
 Anjuran Kebersihan seluruh tubuh
 Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 hari sekali
 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka
b. Istirahat
 Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
 Sarankan untuk kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat pada saat bayi tidur
 Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
- Menyebabkan defresi dan kitidakmapuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
c. Latihan
1) Diskusikan pentingnya otot – otot perut dan pinggul kembali normal, ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada pinggul.
2) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti :
- Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada: tahan 1 hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali
- Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dasar panggul (Latihan kegel)
3) Berdiri dan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
d. Gizi
Ibu menyusui harus :
- Menkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
- Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
- Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
- Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya
e. Menyusui
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicena, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih, dan siap diminum.
1) Tanda ASI Cukup
- Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda
- Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”
- Bayi tampak puas, sewaktu – waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik
- Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
- Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran Asi setiap kali bayi mulai menyusui
- Bayi bertambah berat badannya
2) ASI Tidak Cukup
Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar (setidaknya menyusu 10 sampi 12 kali dalam 24 jam) dalam seminggu 2 minggu pasca persalinan. Jika bayi dibiarkan tidur lebih 3-4 jam atau bayi diberi jenis makanan lain atau payudara tidak dikosongkan dengan baik tiap kali menyusui, maka pesan hormonal otak ibu adalah untuk menghasilkan susu lebih sedikit.
3) Meningkatkan Produksi ASI
 Untuk Bayi
- Menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam hari dengan menyusui 10-15 menit setiap payudara
- Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui
- Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel baik dan dengarkan suara menelan aktif
- Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman, serta minumlah setiap kali menyusui
- Tidurlah bersebelahan dengan bayi
 Untuk Ibu
- Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
- Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan antara mulut bayi dan putting
- Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan hal – hal tersebut diatas
4) Perawatan Payudara
 Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu
 Mengunakan BH yang menyokong payudara
 Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting yang tidak lecet
 Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok
 Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam
 Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
- Pengompresan payudara dengan mrnggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
- Urut payudara dari arah pangkal menuju putting
- Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak
- Susukan bayi setiap 2-3 jam, apabila tidak dapat dihisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan
- Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui
f. Keluarga Berencana
 Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali
 Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (Ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki (amenore laktasi). Oleh karena itu metode amenore laktasi (gambar 1) dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah iritasi kehamilan baru. Resiko cara ini ialah 2 % kehamilan
 Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
 Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu :
a. Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
b. Kelebihan/keuntungan
c. Efek samping
d. Bagaimana menggunakan metode itu
e. Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
 Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannnya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
(Sarwono P, 2003).

DAFTAR PUSTAKA

UNPAD, 1993, Obstetric Fisiologi, Bagian Obstetric Ginekologi FK UNPAD, Bandung
Marry Hamilton, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi Keenam, Jakarta, EGC
Depkes,JHPIEGO,Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal dan Neonatal,Depkes RI, 2004, Jakarta
Bobak Jensen,Zalar,Keperawatan Maternitas,Edisi 4, EGC, 2005, Jakarta
Selengkapnya...